Gambar Sampul Seni Budaya · Bab 6 Pertunjukan Teater Nusantara
Seni Budaya · Bab 6 Pertunjukan Teater Nusantara
Alien Wariatunnisa Yulia

24/08/2021 15:21:46

SMP 7 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Pelajaran 6

Pertunjukan

Teater Nusantara

Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran ini bertujuan agar siswa

mampu mengekspresikan diri melalui

karya teater melalui kemampuannya

dalam:

• mengeksplorasi teknik olah tubuh,

olah pikir, dan olah suara,

• merancang pertunjukan teater

Nusantara,

• menerapkan prinsip kerja sama

dalam berteater, dan

• menggelar pertunjukan teater

Nusantara.

Pementasan teater membutuhkan beberapa

persiapan. Salah satu yang terpenting adalah

persiapan pemeran. Persiapan tersebut meliputi

persiapan olah tubuh, olah suara, penghayatan

karakter, serta teknik-teknik pemeranan.

Persiapan seorang pemeran dianggap penting

karena pemeran adalah seorang seniman yang

mengekspresikan dirinya sesuai dengan tuntutan

baru dan harus memiliki kemampuan untuk

menjadi ’orang baru’. Selanjutnya, kamu akan

mempelajari bagaimana merancang sebuah

pertunjukan teater. Di sini akan dipelajari pula

prinsip berteater, yaitu kerja sama. Terakhir, akan

diperkenalkan gaya-gaya pementasan yang dapat

dipilih untuk menggelar pertunjukan teater.

Pertunjukan teater Tanah

Air sebagai salah satu teater

Nusantara pimpinan Jose

Rizal Manua

Sumber:

Dokumentasi pribadi

teater Tanah Air, 2009

Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII

76

Mementaskan

Teater Nusantara

Mengeksplorasi

teknik olah tubuh,

olah pikir, dan

olah suara

Peta Konsep

• Olah tubuh

• Olah pikir

• Olah suara

• Merancang

K

a

t

a

K

u

n

c

i

Prinsip kerja sama

• Teater konvensional

• Teater nonkonvensional

Merancang

pertunjukan teater

Nusantara

Menerapkan

prinsip

kerja sama

Menggelar

pertunjukan teater

Nusantara

Melaksanakan

dasar-dasar olah

tubuh, olah pikir,

dan olah suara

Mengenal tahap-

tahap dramatisasi

cerita drama

Menjalankan

tahap-tahap

dramatisasi

Mengenal

unsur-unsur

pembentuk

teater

Menerapkan

prinsip kerja

sama antarunsur

pembentuk

teater

Mengevaluasi

pementasan

Mementaskan

teater

Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara

77

A.

Mengeksplorasi Teknik Olah Tubuh, Olah Pikir, dan

Olah Suara

Seni teater berhubungan erat dengan seni peran. Keduanya memiliki

keterkaitan yang sangat erat. Dalam bermain peran, kamu dituntut untuk bisa

memerankan berbagai karakter yang disuruh oleh sutradara. Karakter tersebut

dapat kamu kuasai jika kamu sering berlatih mengolah tubuh. Tubuh adalah sumber

peran yang tidak terbatas, dengan wajah kamu bisa mengekspresikan kesedihan,

dengan mulut kamu bisa berteriak, dengan tangan kamu bisa menari.

Agar segala tuntutan sutradara ataupun naskah dapat diperankan, seorang

pemain teater mutlak harus menguasai teknik latihan peran. Adapun teknik latihan

peran adalah sebagai berikut.

1. Teknik Olah Tubuh

Tubuh merupakan bagian

fi

sik manusia. Penampilan

fi

sik pemain teater

dalam pentas berhubungan dengan penampilan watak, sikap, gestur, dan umur

peran yang digambarkan. Hal ini juga sangat berhubungan dengan penampilan

laku

fi

sik yang digariskan pengarang, sutradara, dan tuntutan peran. Tampilan

fi

sik seorang pemeran adalah tanggung jawab pribadi pemeran.

Agar dapat memiliki penampilan

fi

sik yang sesuai dengan tuntutan peran,

seorang pemain harus berlatih agar tubuhnya lentur. Kelenturan tubuh seorang

pemain teater ini sangat penting untuk berlangsungnya sebuah pertunjukan teater.

Kelenturan tubuh tersebut dapat dilatih dengan latihan olah tubuh. Latihannya

dapat berupa gerakan-gerakan seperti tari dan beladiri, bisa juga latihan ekspresi.

Misalnya, latihan ekspersi marah, sedih, bahagia, dan sebagainya.

Pola-pola latihan bisa kamu pelajari dari pola yang telah ada, misalnya pola

olahraga atau bisa kamu buat sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan.

a. Latihan Olahraga Fisik

Latihan ini bertujuan untuk melatih kekuatan dan kelenturan serta daya tahan

tubuh serta koordinasi gerak tubuh. Latihan ini bisa dimulai dari bagian wajah,

yaitu menggerakkan bagian wajah. Hal ini berguna untuk melatih mimik wajah.

Kemudian, latihlah gerakan tangan supaya luwes, latihannya bisa seperti latihan

menari. Lalu, teruskan latihan ke arah tubuh dan bagian kaki. Setelah semuanya

dilatih dengan baik, koordinasikan semua gerakan dalam satu rangkaian gerakan

menggunakan iringan musik (seperti menari). Teruslah berlatih maka suatu saat

tubuh dan penguasaan gerakan kamu akan menjadi lebih yang baik.

b. Latihan Rangkaian Gerakan

Setelah latihan umum dikuasai, maka langkah selanjutnya adalah latihan

gerakan yang ditentukan sesuai permintaan. Jenis latihan ini lebih spesi

fi

k.

Contohnya, latihan bagaimana gerakan lemah gemulai, bagaimana posisi tubuh

ketika terkejut atau mengekspresikan kebahagiaan, bagaimana posisi tubuh jika

sedang marah, dan sebagainya.

Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII

78

2. Olah Suara (Vokal)

Suara adalah unsur penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi

auditif atau sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran. Dalam kenyataannya,

suara dan bunyi itu sama, yaitu hasil getaran udara yang datang dan menyentuh

selaput gendang telinga. Akan tetapi, dalam konvensi dunia teater kedua istilah

tersebut dibedakan. Suara merupakan produk manusia untuk membentuk kata-

kata, sedangkan bunyi merupakan produk benda-benda.

Suara adalah unsur yang sangat penting dalam berteater. Dengan suara

atauvokal yang baik, pemeran akan mampu mengekspresikan karakter tokoh yang

dimainkannya. Jenis suara tiap orang berbeda-beda, tapi di dalam teater pemeran

dituntut untuk bisa menirukan suara sesuai tokoh yang diperankan.

Berolah suara tidak hanya terbatas pada jenis karakter tertentu. Misalnya,

suara berat, ringan, halus, mendesah, berteriak, melenguh, menangis, dan

membentak saja. Dalam teater ternyata berolah suara lebih kompleks lagi. Seorang

pemain dituntut untuk bisa menirukan dialek (logat bicara), harus benar dan tepat

dalam membaca teks, harus bisa menyanyi, harus pandai mengolah suara-suara

alam, dan sebagainya.

Dalam berolah vokal, seorang pemain perlu memerhatikan teknik aksentuasi

pengucapan huruf, kata, dan kalimat.

a.

Aksen dinamik, yaitu belajarlah mengucapkan bagian kata atau kalimat lebih

dikeraskan dibandingkan dengan kata atau kalimat lain.

b. Aksen tempo, yaitu aksen yang dilakukan saat menghadapi kata-kata yang

lebih penting daripada kata yang lain. Misalnya, “saya harus pu-lang!”

c.

Aksen intonasi/nada adalah aksen yang dilakukan dengan melagukan kata

yang sesuai. Misalnya, “Baik, baik. Sekarang kau akan senang menjauhiku”.

Kalimat tersebut dapat diucapkan dengan ekspresi marah atau senang.

3. Olah Pikir (Imajinasi)

Seorang pemain teater memiliki kecerdasan tersendiri. Bagaimana ia mampu

memerankan suatu peran yang notabene peran itu adalah karakter orang lain

yang kontradiktif dengan dirinya. Contohnya, apabila memerankan orang gila, ia

harus menunjukan bahwa ia tidak normal, bagaimana ia harus bertingkah laku,

bertutur kata sekenanya, gerakan tubuh sedang berdiri, duduk, mimik wajah

sedih, bingung, dan marah.

Dalam berimajinasi seorang pemain haruslah memahami dan mempelajari

semua karakteristik panca indra. Karena peran pemain dalam setiap penampilan

adalah bersifat sugesti yaitu bagaimana caranya agar penonton terbawa dan

dengan mudah mengetahui maksud gerakan pemain. Misalnya, bagaimana ia

berimajinasi ketika melihat kejadian aneh yang menimpa orang lain, posisi mata

pemain seolah-olah menjadi jembatan mata penonton. Begitu pula dengan indra

telinga, penciuman, perasa, dan peraba haruslah dilatih dengan rutin.

Semua itu dibutuhkan sebuah pendalaman jiwa yaitu konsentrasi. Konsentrasi

dapat dikuasai dengan cara memusatkan seluruh pikiran dan perasaan hanya

Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara

79

tercurah pada peran tersebut. Caranya bisa dengan pengamatan dan penjelajahan

pada orang aslinya. Kesuksesan dalam memerankan tokoh tertentu dapat terwujud

jika daya imajinasi kamu terlatih. Konsentrasi dan daya imajinasi dalam berteater

sangat diperlukan untuk membawa penonton pada alur cerita yang diinginkan.

Penonton akan mengerti serta memahami pertunjukan sehingga pementasan teater

akan berkenan dihati para penonton.

Nah, untuk lebih menguasai drama, cobalah berlatih dengan teman-temanmu

membawakan naskah yang berjudul “Buku Harianmu Buku Harianku Juga”

karangan Henry Arkan berikut ini.

Pemain :

Akbar : laki-laki, 12 tahun, anak penjual kertas bekas

Alni

: perempuan, 10 tahun, teman Akbar

Rina

: pemilik buku harian

Bapak : orang tua Akbar

Adegan I

Pagi hari, saat beberapa orang masih tidur. Akbar mengembalikan buku harian

kepada seorang wanita, rambutnya masih sedikit acak-acakan, di sebuah rumah.

Kebahagian memancar dari wajah perempuan itu, lalu datang dari belakang nongol

seorang anak perempuan sebaya Akbar.

Rina

: Oh...Bagaimana buku ini bisa sampai di tanganmu, Nak? Sudah lama

saya lupakan buku ini.

Akbar : Saya temukan di antara tumpukan dagangan Bapak saya.

(dari dalam rumah seorang anak perempuan sebaya Akbar muncul

bangun tidur)

Isa : Ma...

Adegan II

(

long shot

rumah Akbar)

Menjelang Magrib, di rumah Akbar. Adegan Bapak dan Akbar sambil

mengemasi kertas bekas. (

long shot

ruangan, buku-buku, tangan-tangan, perabotan

rumah, Akbar, Bapak)

Bapak : Kau sudah besar, harus bisa bantu bapakmu. Aku tidak ingin anakku

besar jadi orang bodoh. Bantu bapakmu, kamu tidak harus ikut bekerja.

Dengan jadi orang pinter, bapakmu sudah senang. Jadi apapun kau

nanti asal tidak merugikan orang lain.

Akbar : Jadi apa, Pak?

Bapak : Apapun, asal tidak merugikan orang lain, tidak berbuat jahat, pokoknya

selalu berbuat baik!

Akbar : Misalnya?

Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII

80

Bapak : Memberi, menolong, membantu ya... yang baik-baik. Kalau kau mau

berbuat baik, berbuat baiklah tanpa mengharapkan sesuatu. Jadi

berbuatlah baik. Titik! Pokoknya yang baik-baik.

Akbar : Pada semua orang?

Bapak : Pada semua orang!

Akbar : Semua orang?

Bapak : Semua orang!

Akbar : Pada orang jahat juga?

Bapak : Jangan cepat curiga dulu, dari mana kau tahu orang itu jahat

Akbar : Kalau memang jahat?

Bapak : (Aktivitas selesai tinggal santai...) Ah..., sudah pokoknya berbuat

baiklah. Pada semua orang. Tua-muda, besar kecil...

Akbar : Laki-perempuan...,

Bapak : (Zoom ke Bapak) Terutama dengan perempuan.

Jangan sekali-kali kau menyakiti hati perempuan.

Kasihan...dan ingat, ibumu juga perempuan! (Akbar beranjak pergi)

Akbar : Bapak juga laki-laki!

Bapak : Mau ke mana kau?

Akbar : Kan udah selesai...,

Bapak : Iya..., kau mau ke mana?

Akbar : Berbuat baik

Bapak : Berbuat baik apa nonton TV?

Akbar : Berbuat baik sambil nonton TV!

Bapak : ???

P

e

l

a

t

i

h

a

n

1

Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!

1.

Sebutkan tiga teknik aksentuasi pengucapan huruf, kata, dan kalimat!

2.

Apa perbedaan suara dan bunyi dalam konvensi dunia teater?

3.

Mengapa tubuh menjadi sumber peran yang tidak terbatas?

4.

Mengapa seorang pemain teater harus memiliki tubuh yang lentur?

5.

Apa yang dimaksud dengan penampilan pemain teater bersifat sugesti?

B. Merancang Pertunjukan Teater Nusantara

Merencanakan sebuah pementasan membutuhkan beberapa tahapan.

Langkah pertama adalah menentukan lakon. Setelah itu tugas berikutnya

adalah menganalisis lakon, menentukan pemain, menentukan bentuk dan gaya

pementasan, memahami dan mengatur

blocking

, serta melakukan serangkaian

latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik hingga karya teater benar-

benar siap untuk dipentaskan.

Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara

81

1. Menentukan Lakon

Proses atau tahap pertama yang harus dilakukan dalam merancang

pertunjukan teater adalah menentukan lakon yang akan dimainkan. Lakon yang

dipilih bisa lakon yang sudah tersedia (naskah jadi) karya orang lain atau membuat

naskah lakon sendiri.

Mementaskan teater dengan naskah yang sudah tersedia memiliki kerumitan

tersendiri terutama pada saat hendak memilih naskah yang akan dipentaskan.

Naskah tersebut harus memenuhi kriteria yang diinginkan serta sesuai dengan

kondisi yang ada di lapangan. Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan

sutradara dalam memilih naskah, yaitu seperti yang d

ij

elaskan berikut ini.

a.

Sutradara menyukai naskah yang dipilih.

b.

Sutradara merasa mampu mementaskan naskah yang telah dipilih.

c.

Sutradara wajib mempertimbangkan sisi pendanaan secara khusus.

d. Sutradara mampu menemukan pemain yang tepat.

e.

Sutradara mampu tetap mementaskan naskah yang dipilih.

Membuat naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena akan

memperpanjang proses pengerjaan. Akan tetapi, berkenaan dengan sumber daya

yang dimiliki, membuat naskah sendiri dapat menjadi pilihan yang tepat. Untuk

itu, sutradara harus mampu membuat naskah yang sesuai dengan kualitas sumber

daya yang ada. Naskah semacam ini bersifat situasional, tetapi semua orang yang

terlibat menjadi senang karena dapat mengerjakannya sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki.

2. Analisis Lakon

Menganalisis lakon adalah salah satu tugas utama sutradara. Lakon yang telah

ditentukan harus segera dipelajari sehingga gambaran lengkap cerita didapatkan.

Dengan analisis yang baik, sutradara akan lebih mudah menerjemahkan kehendak

pengarang dalam pertunjukan. Selain itu, sutradara juga akan lebih mudah

menentukan para pemain, pembagian kerja, serta perlengkapan dan peralatan

pementasan. Dengan begitu, sutradara dapat menentukan jadwal dan memimpin

kerja sama antarbagian dengan baik.

3. Memilih Pemain

Menentukan pemain yang tepat

tidaklah mudah. Dalam sebuah

grup atau sanggar, sutradara sudah

mengetahui karakter para pemainnya

(anggota). Akan tetapi, dalam sebuah

grup teater sekolah yang pemainnya

selalu berganti atau kelompok teater

kecil yang membutuhkan banyak

pemain lain sutradara harus jeli

memilih sesuai kualifikasi yang

dinginkan. Grup teater tradisional

a

dapat

menentukan

jadwal

dan

memimpi

n

Gambar 6.1

Casting

sebagai proses memilih pemain yang cocok

dengan karakter yang diinginkan

Sumber:

www.republika.co.id

Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII

82

biasanya memilih pemain sesuai dengan penampilan

fi

sik dengan ciri

fi

sik tokoh

lakon, misalnya dalam wayang orang atau ketoprak. Akan tetapi, dalam teater

modern, memilih pemain biasanya berdasar kecakapan pemain tersebut.

4. Menentukan Bentuk dan Gaya Pementasan

Bentuk dan gaya pementasan membingkai keseluruhan penampilan

pementasan. Penting bagi sutradara untuk menentukan dengan tepat bentuk

dan gaya pementasan. Bentuk dan gaya yang dipilih secara serampangan akan

memengaruhi kualitas penampilan. Kehati-hatian dalam memilih bentuk dan gaya

bukan saja karena tingkat kesulitan tertentu, tetapi juga latar belakang pengetahuan

dan kemampuan sutradara sangat menentukan.

5.

Blocking

Secara mendasar,

blocking

adalah gerakan fisik atau proses penataan

(pembentukan) sikap tubuh seluruh aktor di atas panggung.

Blocking

dapat

diartikan sebagai aturan berpindah tempat dari titik (area) satu ke titik (area)

yang lainnya bagi aktor di atas panggung. Untuk mendapatkan hasil yang baik,

perlu diperhatikan agar

blocking

yang dibuat tidak terlalu rumit sehingga lalu

lintas aktor di atas panggung berjalan dengan lancar. Jika

blocking

dibuat terlalu

rumit, perpindahan dari satu aksi menuju aksi yang lain menjadi kabur. Hal

yang terpenting dalam

blocking

adalah fokus atau penekanan bagian yang akan

ditampilkan.

6. Latihan

Sutradara membimbing para aktor selama proses latihan. Untuk mendapatkan

hasil terbaik, sutradara harus mampu mengatur para aktor mulai dari proses

membaca naskah lakon hingga sampai materi pentas benar-benar siap untuk

ditampilkan. Kunci utama dari serangkaian latihan adalah kerja sama antara

sutradara dan aktor serta kerja sama antaraktor. Sutradara perlu menetapkan

target yang harus dicapai oleh aktor melalui tahapan latihan yang dilakukan. Oleh

karena itu, penjadwalan latihan perlu dibuat.

Dengan melaksanakan latihan sesuai jadwal maka aktor dituntut

kedisiplinannya untuk memenuhi target capaian. Jadwal ini juga bisa digunakan

sebagai acuan kerja penata artistik sehingga ketika sesi latihan teknik dilangsungkan

pekerjaan mereka telah siap.

P

e

l

a

t

i

h

a

n

2

Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!

1.

Apa kelemahan dari memilih naskah yang sudah jadi?

2.

Apa keuntungan menggunakan naskah buatan sendiri?

3.

Seberapa penting pemilihan pemain dalam suatu pertunjukkan teater?

4.

Hal apa saja yang harus dipertimbangkan sutradara dalam memilih naskah?

5.

Apa perbedaan pemilihan pemain pada teater modern dan teater tradisional?

Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara

83

C. Menerapkan Prinsip Kerja Sama dalam Berteater

Pementasan teater merupakan kerja kolektif yang melibatkan banyak orang.

Dalam prosesnya, pementasan diproduksi melalui kolaborasi antara sutradara,

pemain, dan tim artistik.

1. Sutradara

Sebagai pimpinan, sutradara

bertanggung jawab terhadap

kelangsungan proses terciptanya

pementasan. Meskipun dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya

dibantu oleh stafnya, sutradara

tetap merupakan penanggung jawab

utama. Untuk itu, sutradara dituntut

mempunyai pengetahuan yang

luas agar mampu mengarahkan

pemain untuk mencapai kreativitas

maksimal dan dapat mengatasi

kendala teknis yang timbul dalam

proses penciptaan.

Sebagai seorang pemimpin,

sutradara harus mempunyai pedoman yang pasti sehingga bisa mengatasi kesulitan

yang timbul. Menurut Harymawan ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan

penyutradaraanya, yaitu:

a.

Sutradara konseptor. Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep

penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu

secara kreatif, tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tersebut.

b.

Sutradara diktator. Ia mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri,

tidak ada konsep penafsiran dua arah. Ia mendambakan seni sebagai dirinya,

sementara pemain dibentuk menjadi robot-robot yang tetap buta tuli.

c. Sutradara koordinator. Ia menempatkan diri sebagai pengarah atau

polisi lalu lintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok

penafsirannya.

d.

Sutradara paternalis. Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan

ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya.Teater disamakan

dengan padepokan sehingga pemain menjadi cantrik yang harus setia kepada

sutradara.

2. Pemain

Pemain bertugas mentransformasikan naskah di atas panggung. Untuk itu,

dibutuhkan pemain yang mampu menghidupkan tokoh dalam naskah lakon

menjadi sosok yang nyata. Pemain adalah alat untuk memeragakan tokoh.

Akan tetapi, ia bukan sekadar alat yang harus tunduk kepada naskah. Pemain

Gambar 6.2

M.H. Iskan seorang sutradara dan aktor Teater Persada

yang mengarahkan sekaligus memainkan lakonnya

Sumber:

4.bp.blogspot.com

Gambar 6.2

Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII

84

mempunyai wewenang membuat

re

fl

eksi dari naskah melalui dirinya.

Agar bisa merefleksikan tokoh

menjadi sesuatu yang hidup, pemain

dituntut menguasai aspek-aspek

pemeranan yang dilatihkan secara

khusus. aspek-aspe tersebut adalah

jasmani (tubuh/

fi

sik), rohani (jiwa/

emosi), dan intelektual.

Memindahkan naskah lakon

ke dalam panggung melalui media

pemain bukanlah hal yang sederhana.

Pemain tidak sekadar mengucapkan

kata-kata yang ada dalam naskah

lakon atau memperagakan keinginan penulis. Ia juga harus mempunyai

karekterisasi tersendiri, yaitu menghidupkan bahasa kata (tulis) menjadi bahasa

pentas (lisan).

3. Tata Artistik

Tata artistik merupakan unsur

yang tidak dapat dipisahkan dari

teater. Pertunjukan teater menjadi

tidak utuh tanpa adanya tata artistik

yang mendukungnya. Unsur artistik

di sini meliputi tata panggung,

tata busana, tata cahaya, tata rias,

tata suara, tata musik yang dapat

membantu pementasan menjadi

sempurna sebagai pertunjukan.

Unsur-unsur artistik menjadi lebih

berarti apabila sutradara dan penata

artistik mampu memberi makna

kepada bagian-bagian tersebut

sehingga unsur-unsur tersebut tidak hanya sebagai bagian yang menempel atau

mendukung, tetapi merupakan kesatuan yang utuh dari sebuah pementasan.

Berikut ini penjelasan mengenai bagian-bagian dari tata artistik.

a. Tata Panggung

Tata panggung adalah pengaturan

se

Ĵ

ing

di panggung selama pementasan

berlangsung. Tujuannya tidak sekadar supaya permainan bisa dilihat penonton

tetapi juga menghidupkan pemeranan dan suasana panggung.

b. Tata Cahaya

Tata cahaya atau lampu adalah pengaturan pencahayaan di daerah sekitar

panggung yang fungsinya untuk menghidupkan permainan dan suasana lakon

yang dibawakan sehingga menimbulkan suasana istimewa.

Gambar 6.4

Pakaian yang dikenakan oleh pemeran teater

merupakan bagian dari tata artistik

Sumber:

www.republika.co.id

Gambar 6.3

Pemain bertugas menghidupkan tokoh dalam naskah

di atas panggung

Sumber:

www.republika.co.id

Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara

85

c. Tata Musik

Tata musik adalah pengaturan musik yang mengiringi pementasan teater

yang berguna untuk memberi penekanan pada suasana permainan dan mengiringi

pergantian babak dan adegan.

d. Tata Suara

Tata suara adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilkan dari berbagai

macam sumber bunyi seperti suara aktor, efek suasana, dan musik. Tata suara

diperlukan untuk menghasilkan harmoni.

e. Tata Rias dan Tata Busana

Tata rias dan tata busana adalah pengaturan rias dan busana yang dikenakan

pemain. Gunanya untuk menonjolkan watak peran yang dimainkan, dan bentuk

fi

sik pemain bisa terlihat jelas penonton.

P

e

l

a

t

i

h

a

n

3

Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!

1.

Sebutkan tipe-tipe sutradara menurut Harymawan!

2.

Sebutkan bagian-bagian dari tata artistik!

3.

Bagaimanakah seorang pemain teater yang baik?

4.

Apa saja tugas sutradara?

5.

Apa fungsi tata artistik dalam pertunjukan teater?

D. Menggelar Pertunjukan Teater Nusantara

Sejak sejarah kelahirannya, teater telah memunculkan berbagai macam gaya

pementasan. Para seniman teater tidak pernah berhenti menggali visualisasi

artistik pementasan. Beberapa gaya pementasan yang dilahirkan ada yang bertahan

hingga saat ini dan banyak yang tidak bertahan lama. Gaya pementasan yang

bertahan biasanya memiliki daya tarik yang kuat dan membuat seniman lain ikut

melakukannya. Jika gaya tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang lama oleh

seniman berbeda dalam berbagai produksi, maka ciri-ciri dari gaya tersebut berubah

menjadi konvensi (pakem). Pertunjukan teater yang menjalankan konvensi tertentu

dengan ketat disebut sebagai

teater konvensional

. Untuk membedakan, pertunjukan

teater dengan gaya lain yang masih membuka kemungkinan pengembangan dan

belum menetapkan konvensi disebut sebagai

teater nonkonvensional

.

1. Teater Konvensional

Mementaskan teater konvensional membutuhkan kecermatan dan kedisiplinan

dalam menerapkan konvensi. Menaati konvensi terkadang tidak mudah karena

kemungkinan bentuk pengembangannya menjadi sangat terbatas. Jika tidak hati-

hati gagasan baru untuk pengembangan justru bertolak belakang dengan konvensi

Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII

86

yang ada. Banyak polemik lahir mengenai ketaatan konvensi, terutama dalam teater

tradisional. Hal ini biasanya berkaitan dengan penyebutan nama dan prasyarat

yang mengikutinya. Misalnya, untuk menyebut pertunjukan teater yang bernama

ludruk, aturan-aturan pertunjukan ludruk harus dipenuhi.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa diterapkan jika ingin

mementaskan teater konvensional.

a. Memilih jenis teater konvensional. Banyak sekali jenis teater konvensional,

terutama di Indonesia. Setiap teater tradisional bisa disebut sebagai teater

konvensional. Ludruk, randai, ketoprak, longser, lenong, dan wayang wong

dapat digolongkan ke dalam teater konvensional. Di Barat, semua teater

sebelum lahirnya realisme disebut teater konvensional. Bahkan, dewasa

ini, realisme dan beberapa gaya teater modern lain yang ciri-cirinya sudah

melembaga bisa disebut sebagai teater konvensional. Sutradara harus

memilih jenis teater konvensional yang hendak dipentaskan sesuai dengan

kemampuannya.

b.

Memahami konvensi. Untuk mementaskan teater ini, sutradara harus

memahami dengan baik konvensi (pakem) yang ada. Meskipun konvensi

tersebut bersifat normatif tetapi pemberlakuannya ketat, apalagi jika jenis

teater tersebut telah digolongkan sebagai teater klasik. Setiap jenis teater

konvensional memiliki aturan yang berbeda. Misalnya, aturan pertunjukan

ludruk berbeda dengan randai, ketoprak, wayang wong, longser, dan lain

sebagainya. Meskipun terdapat beberapa unsur kesamaan, tetapi ciri khas

tiap jenis teater tersebut berbeda. Hal ini berlaku juga untuk teater di Barat,

jenis teater konvensional yang ada misalnya gaya presentasional (klasik) dan

represantisonal (realis) memiliki konvensi yang sangat berbeda. Sutradara harus

benar-benar memahami konvensi jenis teater konvensional yang dipilih.

c.

Dapat menjalankan konvensi dengan konsisten. Setelah memilih jenis teater

yang akan dipakai, sutradara harus mau dan mampu menjalankannya secara

konsisten. Misalnya, dalam sebuah konvensi pemain harus menari ketika

keluar-masuk panggung, maka sutradara diharuskan menaatinya. Jika ada

pemain yang tidak bisa menari, ia harus melatihnya atau memanggilkan pelatih

untuk mengajari menari. Jika sutradara putus asa dan memperbolehkan para

pemain tidak menari ketika keluar-masuk panggung, maka ia telah menyalahi

konvensi dan akan menuai kritikan tajam dari para pengamat dan pelaku

teater konvensional.

d.

Mampu bekerja dengan semua unsur dalam mewujudkan konvensi. Konvensi

sebuah pertunjukan terkadang tidak hanya menyangkut laku pemain,

tetapi juga unsur pendukung lain, seperti tata busana dan musik. Misalnya,

dalam wayang wong, tata rias-busana pewayangan (meniru tokoh wayang

dalam wayang kulit) serta gamelan merupakan keharusan. Oleh karena itu,

sutradara harus mampu bekerja dengan semua unsur yang menjadi prasyarat

sebuah konvensi. Biasanya sutradara mengangkat beberapa penasihat untuk

Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara

87

memberikan arahan dalam bidang-bidang yang tidak dikuasai (secara

langsung) dengan baik oleh sutradara. Menjaga konvensi sebuah pertunjukan

sangat berarti bagi pelestarian sebuah tradisi.

2. Teater Nonkonvensional

Teater nonkonvensional memiliki kemungkinan yang sangat terbuka bagi

pengembangan artistik dan sudut pandang. Eksperimentasi sangat dimungkinkan

dalam teater ini. Pencobaan model penyajian, bentuk pementasan, laku lakon

sampai bentuk dan gaya akting dapat dikerjakan. Akan tetapi, semua harus

disikapi dengan kreativitas artistik yang positif. Berikut ini beberapa hal yang

dapat diperhatikan oleh sutradara yang hendak menyajikan pementasan teater

nonkonvensional.

a. Memahami dasar-dasar penciptaan teater. Dasar penciptaan teater baik

secara teori maupun praktik harus dikuasai oleh sutradara. Dasar penciptaan

selanjutnya dapat d

ij

adikan p

ij

akan untuk melahirkan kreasi artistik yang

baru. Pengetahuan yang perlu dipahami oleh sutradara adalah sejarah teater

sampai munculnya kreasi-kreasi penciptaan dalam teater. Hal ini penting

karena kreativitas teater bisa dilahirkan dari berbagai rangsang dan imajinasi.

Proses kreatif seniman terkadang melahirkan kehendak kreatif bagi seniman

yang lain. Oleh karena itu, mempelajari proses penciptaan teater dari para

tokoh teater adalah wajib. Banyak pekerja teater pemula yang merasa telah

melahirkan gagasan kreatif baru dan mempublikasikan karya tersebut secara

luas, tetapi ketika ditelaah lebih teliti karya yang dikerjakannya adalah

pengulangan dari karya yang pernah dikerjakan oleh seniman sebelumnya.

Keadaan ini sering terjadi karena faktor distribusi informasi yang tidak baik

dan sang pelaku tidak mau meningkatkan pengetahuannya.

b. Kreatif

.

Sifat kreatif harus dimiliki oleh sutradara. Tawaran-tawaran kreatif

harus mampu dilahirkan jika ingin menyajikan bentuk pementasan yang baru

dan menarik perhatian.

c.

Inovatif

.

Jiwa inovasi atau mampu menciptakan yang belum ada dan

mengembangkan yang sudah ada wajib dimiliki. Melihat persoalan dari berbagai

sudut pandang adalah cara yang paling mudah untuk menjelaskan proses

inovasi. Dengan melihat persoalan dari beragam sudut pandang, maka peluang-

peluang kreasi yang belum tersentuh dapat digali. Stanislawsky melakukan

inovasi hebat dalam hal metode pemeranan demi mencapai tujuan artistik

gaya realisme. Grotowski melalui berbagai usahanya menyajikan pertunjukan

dalam bentuk panggung yang kreatif dan provokatif sehingga menarik minat

penonton. Inovasi terbuka lebar bagi yang mau membuka pikiran.

d. Merancang dan menjelaskan konsep pertunjukan secara menyeluruh.

Gagasan dasar yang dimiliki harus d

ij

elaskan dalam sebuah konsep sehingga

semua yang terlibat di dalamnya memahaminya. Dalam rancangan konsep,

semua pertanyaan yang timbul harus bisa d

ij

awab. Misalnya, dalam sebuah

pertunjukan, sutradara menghendaki semua pemainnya melakukan gaya

Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII

88

akrobatik dalam berakting, maka segala hal yang melatari lahirnya gagasan

tersebut serta tujuan dari pentas itu harus disampaikan dengan jelas. Apa yang

akan dicapai oleh sutradara secara artistik serta apa yang akan ditawarkan

kepada penonton melalui bentuk pertunjukan tersebut? Semua harus mampu

d

ij

elaskan sutradara sehingga karya yang dihasilkan memiliki konsep yang

kuat dan tidak hanya sekadar lain dari yang lain.

e.

Mewujudkan konsep melalui aktor dan seluruh unsur pendukung. Setelah

menjelaskan dalam tataran wacana, sutradara harus mampu mewujudkannya

melalui para aktor dan unsur pendukung artistik yang lain. Misalnya, untuk

memenuhi tuntutan aksi akrobatik, sutradara memanggil pelatih sirkus dan

melatih para aktor melakukan berbagai jenis akrobat. Tata panggung dibuat

sedemikian rupa sehingga mendukung aksi akrobat yang dilakukan. Tata

busana pun harus dirancang dengan baik agar tidak mengganggu aksi yang

dilakukan. Semua unsur harus mendapatkan perhatian, termasuk penataan

adegan, pola dialog,

blocking

, ilustrasi musik, dan lain sebagainya. Semuanya

harus diatur, diarahkan, dan d

ij

alin dengan memerhatikan harmonisasi.

Banyak pertunjukan yang mencoba menawarkan sesuatu yang baru, tetapi

masih bersifat tambal sulam dan unsur-unsurnya tidak menyatu.

P

e

l

a

t

i

h

a

n

4

Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!

1. Sebutkan langkah-langkah yang bisa diterapkan jika ingin mementaskan

teater konvensional!

2.

Sebutkan beberapa hal yang dapat diperhatikan oleh sutradara yang hendak

menyajikan pementasan teater nonkonvensional!

3.

Adakah perbedaan teater konvensional dengan teater nonkonvensional?

4.

Mengapa mempelajari proses penciptaan teater lebih penting dibandingkan

dengan tokoh teater?

5.

Mengapa seorang sutradara harus inovatif?

U

j

i

K

o

m

p

e

t

e

n

s

i

Kamu telah mempelajari cara mengeksplorasi teknik olah tubuh, olah pikir, dan

olah suara. Kamu juga sudah belajar merancang pertunjukkan teater, menerapkan

prinsip kerja sama dalam bertater, serta menggelar pertunjukan teater. Sekarang,

praktikkan hal-hal yang telah kamu pelajari tersebut. Buatlah sebuah kelompok

bersama teman-teman sekelasmu untuk merancang dan menggelar pertunjukan

teater Nusantara!

Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara

89

Pada 1901 F. Wiggers menulis drama satu babak berjudul

Lelakon Raden Be

ij

Soerio Retno.

Lakon ini merupakan naskah drama tertua di Indonesia. Lakon

berikutnya berjudul

Karina Adinda, Lelakon Komedi Hindia Timur

karya Lauw Giok

Lan yang terbit pada 1913. Lakon ini merupakan saduran dari

Victor Ido

karya

Hans van de Wall.

(

Sumber

:

id.shvoong.com

, disadur dari buku

Bukti Kekayaan Kesusastraan Melayu Rendah

ditulis oleh

Nova Christina

)

INFO

Persiapan seorang pemeran meliputi persiapan olah tubuh, olah suara,

penghayatan karakter serta teknik-teknik pemeranan.

Langkah-langkah dalam merancang pertunjukan teater adalah menentukan

lakon, menganalisis lakon, menentukan pemain, menentukan bentuk dan gaya

pementasan, memahami dan mengatur

blocking

serta melakukan serangkaian

latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik.

Pementasan teater merupakan kerja kolektif yang melibatkan banyak orang.

Dalam prosesnya, pementasan diproduksi melalui kolaborasi antara sutradara,

pemain, dan tim artistik.

Pertunjukan teater yang menjalankan konvensi tertentu dengan ketat disebut

teater konvensional. Adapun pertunjukan teater dengan gaya lain yang masih

membuka kemungkinan pengembangan dan belum menetapkan konvensi

disebut teater non konvensional.

Mengapresiasi dapat dilakukan dengan mengekspresikan diri melalui seni

teater. Perlu pemahaman yang baik terhadap teknik-teknik yang harus dikuasai

dan kerja sama yang harus diterapkan dalam mementaskan seni teater daerah.

Bagaimana pemahamanmu terhadap teknik-teknik tersebut? Coba kamu ceritakan

teknik-teknik persiapan dan latihan pementasan yang sulit kamu kamu terapkan

untuk pementasan!

Re

fl

eksi

Rangkuman

Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII

90

A. Berilah tanda silang (×) pada jawaban yang benar!

1. Dalam konvensi teater, bunyi merupakan produk ....

a. manusia c. hewan

b. benda-benda d. semua makhluk hidup

2. Adapun suara merupakan produk ....

a. manusia c. hewan

b. benda-benda d. semua makhluk hidup

3. Tampilan

fi

sik seorang pemeran merupakan tanggung jawab....

a. anggota kelompok c. pribadi pemeran

b. sutradara d. pimpinan teater

4. Melatih kekuatan dan kelenturan gerak tubuh dapat dilakukan dengan ....

a. latihan olahraga

fi

sik c. menjaga makanan

b. pem

ij

atan d. banyak berkonsentrasi

5. Sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran disebut segi ....

a. video b. audio c. visual d. auditif

6. Berimajinasi seorang pemain haruslah memahami dan mempelajari ....

a. karakteristik lawan mainnya

c. kemampuan

fi

siknya

b. karakteristik pancaindra d. sifat-sifatnya

7. Membuat naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena .....

a. akan memperpanjang proses

b. belum tentu sesuai dengan keadaan kelompok

c. kualitasnya tidak sebaik naskah jadi

d. akan merepotkan semua anggota kelompok

8. Menganalisis lakon adalah salah satu tugas utama ....

a. sutradara c. pemeran

b. penulis lakon d. tim artistik

9. Dalam teater modern, memilih pemain biasanya berdasarkan ....

a. kesesuaian

fi

siknya c. kedekatannya dengan sutradara

b. kesesuaian karakternya d. kecakapan pemain tersebut

10. Untuk mementaskan teater konvensional sutradara harus memahami dengan

baik konvensi yang ada. Konvensi juga sering disebut ....

a. tata cara c. pakem

b. peraturan d. tradisi

B. Jawablah soal-soal berikut dengan benar!

1. Persiapan apa saja yang dapat dilakukan seorang pemeran sebelum

pementasan?

2. Bagaimana cara mengeksplorasi teknik olah tubuh?

3. Apa perbedaan suara dan bunyi menurut konvensi dunia teater?

4. Apa saja yang d

ij

adikan pertimbangan sutradara dalam memilih naskah?

5. Apa yang dimaksud dengan

blocking

?

Pelatihan Pelajaran 6

a

a

t

i

i

h

h

h

a

a

n

6

n

6

n

6

Pelaj

a

a

ran

a

a

t

i

i

h

h

a

a

n

n

n

P

P

P

e

el

l

j6

Pelatihan Semester 1

91

Pelatihan Semester 1

P

e

e

l

l

a

at

t

i

h

h

h

a

a

1

1

S

1

S

P

e

e

l

l

a

t

t

i

h

h

ha

A. Berilah tanda silang (×) pada jawaban yang benar!

1. Petunjuk adanya pertunjukan wayang ditemukan dalam kakawin

Arjunawiwaha yang ditulis pada masa pemerintahan ....

a. Jayabaya c. Jayakatwang

b. Airlangga d. Hayam Wuruk

2. Kakawin Arjunawiwaha merupakan kitab yang ditulis oleh ....

a. Mpu Prapanca c. Mpu Sedah

b. Mpu Panuluh d. Mpu Kanwa

3. Pawang adalah sebutan untuk sesepuh dalam kelompok ....

a. mamanda c. randai

b. wayang wong d. mak yong

4. Teater nontradisi sejak Agust Mahieu mendirikan ....

a. Sandiwara Orion c. Sandiwara Dardanella

b. Komedie Stamboel d. Komidi Bangsawan

5. Berikut ini adalah lakon-lakon yang ditulis Anjar Asmara,

kecuali

....

a. Solo di Waktu Malam

c. Pancaroba

b. Musim Bunga di Slabintana

d. Si Bongkok

6. Panggilan Tanah Air, BulanPunama, Kusumahadi, dan Kembang Kaca

merupakan cerita-cerita yang sering dipentaskan oleh rombongan

sandiwara ....

a. Warna Sari c. Miss Tjitjih

b. Penggemar Maya d. Matahari

7. Pada masa penjajahan Jepang rombongan sandiwara Miss Tjitjih terpaksa

berlindung di bawah barisan propaganda Jepang dan berganti nama menjadi

rombongan sandiwara ....

a. Tjahaja Asia c. Matahari

b. Penggemar Maya d. Dewi Mada

8. Dalam konvensi teater bunyi merupakan produk ....

a. manusia c. hewan

b. benda d. semua makhluk hidup

9. Suara merupakan produk ....

a. manusia

c. hewan

b. benda d. semua makhluk hidup

10. Tampilan

fi

sik seorang pemeran merupakan tanggung jawab ....

a. anggota kelompok c. pribadi pemeran

b. sutradara d. pimpinan teater

11. Melatih kekuatan dan kelenturan serta daya tahan tubuh serta koordinasi

gerak tubuh dapat dilakukan dengan ....

a. latihan olahraga

fi

sik c. menjaga makanan

b. pem

ij

atan d. banyak berkonsentrasi

Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII

92

12. Audio berhubungan dengan ....

a. pendengaran c. penciuman

b. penglihatan d. perasaan

13. Dalam berimajinasi seorang pemain haruslah mempelajari ....

a. karakteristik lawan mainnya

c. kemampuan

fi

siknya

b. karakteristik panca indra

d. sifat-sifatnya

14. Membuat naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena ....

a. akan memperpanjang proses

b. belum tentu sesuai dengan keadaan kelompok

c. kualitasnya tidak sebaik naskah jadi

d. akan merepotkan semua anggota kelompok

15. Menganalisis lakon adalah salah satu tugas utama .....

a. sutradara

b. penulis lakon

c. pemeran

d. tim artistik

B. Jawablah soal-soal berikut dengan benar!

1. Apa perbedaan teater tradisional dan teater transisi?

2. Mengapa lenong disebut teater rakyat Betawi, bukan teater rakyat Jakarta?

3. Sebutkan empat tokoh teater Indonesia yang merupakan lulusan Akademi

Teater Nasional Indonesia!

4. Mengapa Teater Gandrik dianggap menonjol dan berbeda dengan kelompok-

kelompok teater yang lain?

5. Apa kelebihan dan kekurangan dari membuat naskah lakon sendiri?

6. Bagaimana cara menghayati sebuah karakter?

7. Bagaimana cara mengeksplorasi teknik olah tubuh?

8. Jelaskan peran Angkatan Pujangga Baru dalam perkembangan teater di

Indonesia!

9. Apa saja yang harus dipertimbangkan dalam memilih naskah?

10. Bagaimana cara melatih suara agar terdengar oleh penonton yang duduk

paling belakang?